Tanggung jawab utama suami dalam keluarga Kristen
adalah mengasihi istrinya. Ini dinyatakan beberapa kali dalam Alkitab. Dalam
satu bagian Alkitab, isteri diperintahkan untuk mengasihi suaminya. Walau acuan ini
menunjukan bahwa mereka diharapkan menciptakan suasana kasih dalam rumah,
tanggung jawab utama mereka dinyatakan dalam ayat berikut, dimana mereka
dinasihati untuk taat pada suami mereka. Ketaatan meliputi tunduk dan
subordination. Kata yang digunakan untuk tanggung jawab istri tidak kurang dari
6 kali dalam PB
Kita telah membahas kepemimpinan dan urutan otoritas
dari Tuhan dalam rumah, tapi sekarang kita ini mengaplikasikan itu pada istri,
karena taat merupakan tugas utamanya.
“Hai isteri,
tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan.” Para wanita, ketaatan pada
suami merupakan ketaatan pada Tuhan, karena Tuhan memerintahkan anda melakukan
itu! Jika anda tidak bisa menemukan itu untuk taat pada suami, lakukan untuk
Tuhan. Tuhan mengasihi anda dengan kasih yang sempurna. Responi kasihNya dengan
tunduk pada suamimu.
“Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada
Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.” Ketiga
kata “dalam segala sesuatu” bukankah terlalu luas? Ketaatan tidak hanya
dipraktekan saat anda ingin melakukan itu, atau saat anda dengan sepenuh hati
setuju dengan suami anda, atau saat dia memperlakukan anda dengan kasih
Kristus, tapi dalam segala sesuatu! Alkitab tidak membatasi ketaatanmu atas
kasihnya, demikian juga dengan ketaatanmu. Anda harus bertanggung jawab pada
Tuhan atas tindakan anda, dan tidak ada alasan untuk ketidaktaatan atas
FirmanNya yang diterima.
“Tapi suami saya tidak pernah mempertimbangkan
perasaan saya. Saya harus mempertahankan hak saya.”
Bukankah mempertengkarkanFirman dan hikmat Tuhan yang Maha Tahu? Apakah anda berpikir Dia tidak tahu
tentang keadaanmu saat Dia menulis FirmanNya? Dia berkata bahwa anda harus
tunduk pada suami dalam segala hal. Dia pasti tahu ini yang terbaik bagi anda,
atau Dia tidak pernah meminta anda melakukannya. Serahkan diri anda kepadaNya;
katakan padaNya bahwa anda ingin menjadi pasangan yang taat. Ketaatan pada
perintahnya sangat memuliakan Tuhan.
“Tapi suami saya seperti ubur-ubur. Dia bisa membuat
Charlie Brown seperti Rock of Gibraltar. Bagaimana saya bisa tunduk dan
bergantung padanya?”
Coba! Coba tunduk padanya seperti pada Tuhan dalam segala
hal. Taat pada Firman dan percayakan akibatnya pada Tuhan! Hormati penilaian
suami anda saat dia harus membuat keputusan. Nyatakan kepercayaan pada
kemampuannya daripada melangkahinya, mengejek dan merendahkannya atau
membandingkan dia dengan pria lain. Katakan padanya bahwa anda pikir dia yang
terbaik, dan anda bersyukur pada Tuhan untuk memberikan dia dalam memimpin.
Lihatlha Tuhan menggunakan prilaku anda itu untuk membuat dia jadi pria, pria
yang sesuai kehendak Tuhan.
Seperti yang sudah Tuhan rencanakan bahwa kasihsuami untuk memenuhi kebutuhan istri, juga dia merencanakan ketaatan istri
untuk memenuhi kebutuhan suami. Walau nature seorang wanita adalah bergantung,
seorang pria merasakan dorongan untuk memimpin. Tidak masalah apa yang dia
katakan atau lakukan, dia marah terhadap setiap taktik yang digunakan istri
untuk mendominasi atau memanipulasinya. Lebih jauh, seorang pemimpin harus
memiliki respek dan diakui, dan itulah maksud Tuhan untuk disediakan oleh
istri. “isteri hendaklah menghormati suaminya.” Tuhan membuat suami untuk
memimpin; istri harus membiarkan dia memimpin, memperlakukannya seperti seorang
pemimpin diperlakukan.
Mencari penghasilan bukan hal mudah dalam dunia kita
yang penuh persaingan. Suami harus menghadapi frustrasi, putus asa, dan
kemunduran. Sebagian orang mengambil keuntungan darinya, menipunya, dan
memperlakukan dia dengan tidak adil.
Orang lain mengkritiknya atau mencelanya.
Dia perlu seseorang untuk menguatkan dia, menghargai dia, percaya padanya, dan
menghormatinya—dan itulah alasan Tuhan memberikan dia istri! Dia mampu
menanggung lebih banyak kesulitan dalam dunia kerja jika dia tahu ada seorang
istri dirumah yang mengaggumi dia, percaya, dan mendukungnya, apapun yang
terjadi. Jika dia mendapat perlakuan yang sama dirumah seperti ditempat kerja,
dia cenderung untuk melarikan diri dan membawa ketidak bahagiaan. Tapi
pemikiran adanya pasangan yang mengaggumi dan menguatkan dia akan mendekatkan
dia kerumah seperti magnet.
Beberapa mungkin berpikir, “Masalah ketaatan ini
bisa terjadi jika suami anda seorang Kristen, tapi saya tidak.” Pesan utama
Alkitab tentang pembahasan ini ada dalam 1 Peterus 3. Ini ditulis untuk semua
istri, tapi ada perintah khusus bagi mereka dengan suami yang belum selamat:
“Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika
ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan
dimenangkan oleh kelakuan isterinya.” Pemunculan kedua dari kata dalam ayat ini
tidak memiliki sesuatu mendahuluinya dalam teks Yunani. Itu tidak menunjuk pada
Firman Tuhan, seperti yang pertama, tapi setiap perkataan, seperti omelan! Ini
merupakan penyingkapan yang luar biasa.
Tuhan berkata bahwa ketaatan istri merupakan
kunci memenangkan suami yang belum percaya kepada Kristus. Dia tidak harus
terus menyuruh kegereja. Dia tidak berkotbah pada suaminya. Dia tidak
membacakan Alkitab padanya. Dia hanya diminta untuk tunduk pada suaminya—dengan
sukarela, sukacita, dan penuh kasih. Tuhan menggunakan prilakunya, untuk
memenangkan suaminya bagi Kristus.
Setelah saya membagikan konsep ini dalam kelas
Alkitab pagi, saya memperhatikan satu orang wanita menghilang untuk beberapa
minggu kemudian. Melalui bertanya, saya mengetahui bahwa suaminya kesal dengan
aktifitas Kristennya yang terlalu banyak, yang sebenarnya ingin dia ada dirumah
dan melakukan tugas rumah tangganya. Setelah mendengar apa yang diajarkan
Alkitab tentang hal ini, dia memutuskan untuk tunduk padanya walau mengorbankan
aktifitas kerohaniannya yang disukainya. Tidak lama kemudian suaminya yang
tidak terlalu tertarik tentang Tuhan, percaya Kristus sebagai Juruselamatnya
dan mulai pergi gereja dengan istrinya untuk mendengar Firman Tuhan. Suaminya
juga mengijinkannya kembali kekelas Alkitab. Akibat dari tunduk kepada kehendak
Tuhan selalu menguntungkan kita!
“Tapi bagaimana jiwa suami meminta saya melakukan
sesuatu yang bertentangan dengan Firman Tuhan?” Ini satu-satunya pengecualian
yang bisa saya temukan terhadap kata “dalam segala sesuatu” Efesus 5:24. Petrus
yang memerintahkan istri Kristen untuk tunduk pada suami yang belum percaya.
Petrus juga yang memerintahkan untuk mentaati hukum pemerintahan. Saat Petrus
ditegur karena memberitakan Kristus, dia menjawab, “Kita harus mentaati Tuhan
daripada manusia!”
Pemikiran yang sama dengan surat Paulus pada jemaat
Kolose. “Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di
dalam Tuhan.” Maksud dasar disini adalah istri harus tunduk pada suami karena
inilah yang seharusnya bagi wanita yang mengenal Tuhan. Tapi kata itu juga bisa
berarti bahwa ketaatan hanya pada wilayah yang dikehendaki Tuhan. Jika ketaatan
pada suami merupakan ketaatan pada Tuhan seperti dinyatakan Efesus 5:22, maka
itu diatur oleh otoritas Firman Tuhan. Sebagai contoh, jika seorang suami
meminta istri Kristennya untuk ikut serta dalam pesta yang tidak baik, dia
harus menolak, karena aktifitas ini jelas berlawanan dengan kehendak Tuhan.
Ketaatan terhadap hal yang tidak terhormat akan menyebabkan suami yang belum
selamat memandang rendah istrinya yang Kristen, dan menjauhkan dia dari
Kristus.
Bagaimana dengan pergi kegereja?
Alkitabmemerintahkan orang percaya untuk berkumpul bersama, tapi tidak dikatakan
berapa sering. Seorang istri Kristen mungkin memiliki keinginan kegereja yang
tepat kapanpun pintu dibuka, tapi karena dia tunduk pada suaminya, dia hanya
kegereja saat dia mengijinkannya, tunduk dengan sukarela kepadanya saat
suaminya tidak memberikan hak istimewa itu. Dia menyatakan pada suami bahwa dia
ingin menyenangkannya. Kemudian dia akan menemukan kekuatan untun menopang
prilakunya melalui hubungan pribadi dengan Kristus. Dia akan memberikan hikmat
untuk setiap situasi baru yang muncul.
Dilihat dari Firman Tuhan, ketaatan bukan perbudakan
yang harus dilakukan istri. Itu bukan kehilangan kepribadian dan
individualitas. Ketaatan sejati merupakan suatu kreatifitas dan tantangan
seorang wanita dalam menyenangkan suaminya bahwa dia menghormati, mengaggumi,
dan bergantung padanya. Itu membutuhkan kematian semua kesombongan dan
penghancuran semua motivasi yang egois. Itu berarti bahwa istri menjadi lebih
tertarik terhadap kebutuhan suami daripada dirinya. Itu berarti dia berhenti
bertanya, “berapa jauh saya bisa tunduk pada suami.” Sebaliknya mulai bertanya,
“berapa jauh saya bisa terus tanpa tidak mentaati Tuhanku?” Ini mungkin
membutuhkan perubahan total prilaku istri terhadap suaminya, tapi Tuhan akan
menolongnya jika dia memintaNya. Doanya akan, “Tuhan, berikan aku keinginan
sederhana dan tidak egois untuk dipimpin suami saya saat saya dipimpin oleh Mu,
dan kemudian membawa kemuliaan bagi namaMu.”
Sekarang lihat beberapa hal yang Tuhan ingin setiapistri Kristen tahu, apakah suaminya seorang percaya atau tidak.
“Perhiasanmu
janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai
perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi
perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak
binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat
berharga di mata Allah.” Dari kata Yunani diterjemahkan “keindahan diluar” kita
mendapat kata “cosmetic,” menandakan suatu yang indah. Firman Tuhan mengatakan
wanita Kristen bagaiamana jadi cantik. Jika mereka mengikuti nasihat ini,
mereka akan menyelamatkan diri dari biaya besar! Petrus berkata bahwa
kecantikan tidak hanya dari luar, seperti gaya rambut, perhiasan, dan baju,
tapi dari hati. Dia tidak mengatakan bahwa seorang wanita Kristen harus kotor
atau tidak memperhatikan penampilan, tapi menyatakan bahwa keindahan sejati
adalah sesuatu yang lebih dalam dari kulit atau perawatan kulit!
Para wanita perlu memperlajari hal ini. Sebagian
mungkin berpikir Tuhan memberikan suami untuk membelikan mereka semua yang hati
mereka inginkan. Mereka mendorong suami mereka untuk menghasilkan lebih banyak
uang agar mereka bisa membeli pakaian dan perhiasan dan merapikan rambut mereka
lebih sering, dan mengaggumkan orang dengan kecantikan dan status social
mereka! Mereka menggunakan suami mereka untuk memuaskan kesombongan dan
keinginan akan materi. Seorang wanita seperti ini biasanya menghancurkan
suaminya atau membawa suami pada orang lain yang mengasihi dirinya sebagaimana
adanya.
Sesuatu yang tidak pernah usang adalah "roh yang
lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.” “Lemah lembut”
artinya penuh kasih, pengertian, mau menyerahkan hak pribadi. “tentram” berarti
tenang, damai, tidak terganggu. Suatu roh yang lemah lembut dan tentram
merupakan suatu yang berharga dimata Tuhan, suatu nilai yang tinggi. Tapi jika
percakapan saya dengan para suami Kristen menunjukan daya tarik ini tidak ada
diantara wanita pada umumnya—bahkan wanita Kristen.
Kita sering mendapatkan omelan, keluhan, komplain,dan kemuraman—bukan daya tarik wanita Kristen! “Tapi” protes beberapa orang,
“anda mengatakan diawal bab bahwa fisik kita yang menyebabkan kita secara emosi
lemah dan murung.” Benar, tapi semua kemurungan bisa dihasilkan kimia.
Sebenarnya, itu berasal dari penolakan dalam hidup seseorang untuk turun tahta
dan membiarkan Yesus yang mengatur. Penolakan seperti ini adalah dosa. Pemarah
merupakan keluhan yang paling sering diantara suami dan istri, dan biasanya
dari gangguan kesenangan, kenyamanan salah satu pasangan terhadap lainnya.
Pemarah merupakan nature dosa untuk memaksakan cara sendiri. Natur dosa perlu
diturunkan dan dikalahkan!
Fakta ini tidak memberikan suami hak untuk tidak
kasih atau tidak baik saat istri dalam mood yang buruk. Dia tetap memerlukan
kata-kata simpati dan pengertian daripada kemarahan seperti “berhenti
berkelakuan kekanak-kanakan.” Tapi istri juga tidak bisa menyalahkan sifat
buruknya pada suami. Dia harus menerima tanggung jawab itu secara pribadi
dihadapan Tuhan. Dia harus menyebut itu sebagaiaman seharusnya—dosa. Kemudian
dia harus mengakui itu pada Tuhan dan meminta kuasa dan anugrah untuk
mengatasinya. Tuhan Yesus Kristus akan menghasilkan didalam dirinya kasih
karuniaNya dan kebaikan.
Harus diakui hidup seorang wanita bisa sulit. Beban mengurus rumah dan mengurus anak bisa menjadi rutinitas yang monoton. Dia terus
melakukannya, tapi tidak merasa berkontribusi sesuatu yang penting bagi hidup.
Pengurungan terus menerus dalam tembok dan celoteh anak kecil bisa
mengganggunya. Tapi jika dia mengijinkan prilaku itu berkepanjangan, akan
membawa kemurungan atas rumah tangga, dan setiap orang akan menderita. Suasana
gembira dalam rumah sangat bergantung pada istri. Jika dia menerima tanggung
jawabnya untuk menciptakan suasana yang baik dan menyerahkan dirinya pada Roh
yang ada dalam diri, Dia akan menghasilkan dari dirinya BuahNya; hidup akan
menjadi tantangan yang menarik daripada pekerjaan yang mengesalkan. Kadang
wanita terlibat dengan begitu banyak kegiatan luar sehingga mereka kehilangan
prioritas Alkitabnya. Tanggung jawab utama mereka adalah membuat suami dan
rumah mereka bahagia—dan ini perlu pemikiran serius, perencanaan yang seksama,
dan perhatian yagn tidak egois. Hasilnya akan berkelimpahan, dan kepuasan
pribadi akan sesuai dengan usaha.
Raja Lemuel menggambarkan seorang wanita luar biasa
dalam pasal terakhir kitab Amsal. Ini sangat baik untuk dibaca setiap istri
Kristen. Dia seorang wanita yang bertalenta. Sebenarnya dia bisa menolong dalam
pendapatan.
Istri tidak
salah mengejar karir jika itu tidak menggangu tanggung jawab keluarga. Menilai
dari semua yang dia lakukan bagi keluarganya, wanita ideal Amsal 31
merupakan seorang wanita yang rajin, disiplin mengatur waktunya dengan baik.
Tidak ada yang begitu mengganggunya. Dia bangun kalau masih malam dan
menyiapkan makan pagi buat keluarganya. Satu perkataan yang lebih penting dari
yang lainnya dalam bagian ini adalah prilakunya: “Dia senang bekerja dengan
tangannya.” Arti literalnya “dengan sukacita.” Kesenangan dan kepuasan
terdalamnya ditemukan dalam membuat keluarganya bahagia. Anda lihat, Tuhan
tidak hanya tertarik pada apa yang kita lakukan, tapi juga bagaimana kita
melakukannya. Prilaku kita penting bagiNya. Saat seorang istri Kristen berseru
pada Kristus, dia mampu menerima peran yang diberikan Tuhan dengan sukacita,
dan hati suaminya akan berseru “Amin” saat dia membaca kalimat, “Siapa mendapat
isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan TUHAN!”
Perkataan peringatan harus diberikan kepada para
suami. Sangat mudah bicara tentang kesalahan pasangan kita daripada mencari
kasih karunia Tuhan untuk memperbaik kekurangan kita. Bab ini tidak ditulis
untuk para suami untuk menyalahkan istri mereka. Ini ditulis agar Roh Kudus
bisa mencerahkan istri Kristen tentang tugas mereka. Marilah setiap kita
menguji hidup kita sendiri dalam terang Firman; Roh Kudus akan melakukan
karyaNya dalam pasangan anda dengan caraNya!