Selasa, 28 Januari 2014

Menikah Untuk Mengasihi

Tanggung jawab utama suami dalam keluarga Kristen adalah mengasihi istrinya. Ini dinyatakan beberapa kali dalam Alkitab. Dalam satu bagian Alkitab, isteri diperintahkan untuk mengasihi suaminya. Walau acuan ini menunjukan bahwa mereka diharapkan menciptakan suasana kasih dalam rumah, tanggung jawab utama mereka dinyatakan dalam ayat berikut, dimana mereka dinasihati untuk taat pada suami mereka. Ketaatan meliputi tunduk dan subordination. Kata yang digunakan untuk tanggung jawab istri tidak kurang dari 6 kali dalam PB

Kita telah membahas kepemimpinan dan urutan otoritas dari Tuhan dalam rumah, tapi sekarang kita ini mengaplikasikan itu pada istri, karena taat merupakan tugas utamanya.

Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan.” Para wanita, ketaatan pada suami merupakan ketaatan pada Tuhan, karena Tuhan memerintahkan anda melakukan itu! Jika anda tidak bisa menemukan itu untuk taat pada suami, lakukan untuk Tuhan. Tuhan mengasihi anda dengan kasih yang sempurna. Responi kasihNya dengan tunduk pada suamimu.

“Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.” Ketiga kata “dalam segala sesuatu” bukankah terlalu luas? Ketaatan tidak hanya dipraktekan saat anda ingin melakukan itu, atau saat anda dengan sepenuh hati setuju dengan suami anda, atau saat dia memperlakukan anda dengan kasih Kristus, tapi dalam segala sesuatu! Alkitab tidak membatasi ketaatanmu atas kasihnya, demikian juga dengan ketaatanmu. Anda harus bertanggung jawab pada Tuhan atas tindakan anda, dan tidak ada alasan untuk ketidaktaatan atas FirmanNya yang diterima.

“Tapi suami saya tidak pernah mempertimbangkan perasaan saya. Saya harus mempertahankan hak saya.” 

Bukankah mempertengkarkanFirman dan hikmat Tuhan yang Maha Tahu? Apakah anda berpikir Dia tidak tahu tentang keadaanmu saat Dia menulis FirmanNya? Dia berkata bahwa anda harus tunduk pada suami dalam segala hal. Dia pasti tahu ini yang terbaik bagi anda, atau Dia tidak pernah meminta anda melakukannya. Serahkan diri anda kepadaNya; katakan padaNya bahwa anda ingin menjadi pasangan yang taat. Ketaatan pada perintahnya sangat memuliakan Tuhan.

“Tapi suami saya seperti ubur-ubur. Dia bisa membuat Charlie Brown seperti Rock of Gibraltar. Bagaimana saya bisa tunduk dan bergantung padanya?” 

Coba! Coba tunduk padanya seperti pada Tuhan dalam segala hal. Taat pada Firman dan percayakan akibatnya pada Tuhan! Hormati penilaian suami anda saat dia harus membuat keputusan. Nyatakan kepercayaan pada kemampuannya daripada melangkahinya, mengejek dan merendahkannya atau membandingkan dia dengan pria lain. Katakan padanya bahwa anda pikir dia yang terbaik, dan anda bersyukur pada Tuhan untuk memberikan dia dalam memimpin. Lihatlha Tuhan menggunakan prilaku anda itu untuk membuat dia jadi pria, pria yang sesuai kehendak Tuhan.

Seperti yang sudah Tuhan rencanakan bahwa kasihsuami untuk memenuhi kebutuhan istri, juga dia merencanakan ketaatan istri untuk memenuhi kebutuhan suami. Walau nature seorang wanita adalah bergantung, seorang pria merasakan dorongan untuk memimpin. Tidak masalah apa yang dia katakan atau lakukan, dia marah terhadap setiap taktik yang digunakan istri untuk mendominasi atau memanipulasinya. Lebih jauh, seorang pemimpin harus memiliki respek dan diakui, dan itulah maksud Tuhan untuk disediakan oleh istri. “isteri hendaklah menghormati suaminya.” Tuhan membuat suami untuk memimpin; istri harus membiarkan dia memimpin, memperlakukannya seperti seorang pemimpin diperlakukan.

Mencari penghasilan bukan hal mudah dalam dunia kita yang penuh persaingan. Suami harus menghadapi frustrasi, putus asa, dan kemunduran. Sebagian orang mengambil keuntungan darinya, menipunya, dan memperlakukan dia dengan tidak adil

Orang lain mengkritiknya atau mencelanya. Dia perlu seseorang untuk menguatkan dia, menghargai dia, percaya padanya, dan menghormatinya—dan itulah alasan Tuhan memberikan dia istri! Dia mampu menanggung lebih banyak kesulitan dalam dunia kerja jika dia tahu ada seorang istri dirumah yang mengaggumi dia, percaya, dan mendukungnya, apapun yang terjadi. Jika dia mendapat perlakuan yang sama dirumah seperti ditempat kerja, dia cenderung untuk melarikan diri dan membawa ketidak bahagiaan. Tapi pemikiran adanya pasangan yang mengaggumi dan menguatkan dia akan mendekatkan dia kerumah seperti magnet.

Beberapa mungkin berpikir, “Masalah ketaatan ini bisa terjadi jika suami anda seorang Kristen, tapi saya tidak.” Pesan utama Alkitab tentang pembahasan ini ada dalam 1 Peterus 3. Ini ditulis untuk semua istri, tapi ada perintah khusus bagi mereka dengan suami yang belum selamat: “Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya.” Pemunculan kedua dari kata dalam ayat ini tidak memiliki sesuatu mendahuluinya dalam teks Yunani. Itu tidak menunjuk pada Firman Tuhan, seperti yang pertama, tapi setiap perkataan, seperti omelan! Ini merupakan penyingkapan yang luar biasa. 

Tuhan berkata bahwa ketaatan istri merupakan kunci memenangkan suami yang belum percaya kepada Kristus. Dia tidak harus terus menyuruh kegereja. Dia tidak berkotbah pada suaminya. Dia tidak membacakan Alkitab padanya. Dia hanya diminta untuk tunduk pada suaminya—dengan sukarela, sukacita, dan penuh kasih. Tuhan menggunakan prilakunya, untuk memenangkan suaminya bagi Kristus.

Setelah saya membagikan konsep ini dalam kelas Alkitab pagi, saya memperhatikan satu orang wanita menghilang untuk beberapa minggu kemudian. Melalui bertanya, saya mengetahui bahwa suaminya kesal dengan aktifitas Kristennya yang terlalu banyak, yang sebenarnya ingin dia ada dirumah dan melakukan tugas rumah tangganya. Setelah mendengar apa yang diajarkan Alkitab tentang hal ini, dia memutuskan untuk tunduk padanya walau mengorbankan aktifitas kerohaniannya yang disukainya. Tidak lama kemudian suaminya yang tidak terlalu tertarik tentang Tuhan, percaya Kristus sebagai Juruselamatnya dan mulai pergi gereja dengan istrinya untuk mendengar Firman Tuhan. Suaminya juga mengijinkannya kembali kekelas Alkitab. Akibat dari tunduk kepada kehendak Tuhan selalu menguntungkan kita!

“Tapi bagaimana jiwa suami meminta saya melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Firman Tuhan?” Ini satu-satunya pengecualian yang bisa saya temukan terhadap kata “dalam segala sesuatu” Efesus 5:24. Petrus yang memerintahkan istri Kristen untuk tunduk pada suami yang belum percaya. Petrus juga yang memerintahkan untuk mentaati hukum pemerintahan. Saat Petrus ditegur karena memberitakan Kristus, dia menjawab, “Kita harus mentaati Tuhan daripada manusia!”

Pemikiran yang sama dengan surat Paulus pada jemaat Kolose. “Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.” Maksud dasar disini adalah istri harus tunduk pada suami karena inilah yang seharusnya bagi wanita yang mengenal Tuhan. Tapi kata itu juga bisa berarti bahwa ketaatan hanya pada wilayah yang dikehendaki Tuhan. Jika ketaatan pada suami merupakan ketaatan pada Tuhan seperti dinyatakan Efesus 5:22, maka itu diatur oleh otoritas Firman Tuhan. Sebagai contoh, jika seorang suami meminta istri Kristennya untuk ikut serta dalam pesta yang tidak baik, dia harus menolak, karena aktifitas ini jelas berlawanan dengan kehendak Tuhan. Ketaatan terhadap hal yang tidak terhormat akan menyebabkan suami yang belum selamat memandang rendah istrinya yang Kristen, dan menjauhkan dia dari Kristus.

Bagaimana dengan pergi kegereja? 

Alkitabmemerintahkan orang percaya untuk berkumpul bersama, tapi tidak dikatakan berapa sering. Seorang istri Kristen mungkin memiliki keinginan kegereja yang tepat kapanpun pintu dibuka, tapi karena dia tunduk pada suaminya, dia hanya kegereja saat dia mengijinkannya, tunduk dengan sukarela kepadanya saat suaminya tidak memberikan hak istimewa itu. Dia menyatakan pada suami bahwa dia ingin menyenangkannya. Kemudian dia akan menemukan kekuatan untun menopang prilakunya melalui hubungan pribadi dengan Kristus. Dia akan memberikan hikmat untuk setiap situasi baru yang muncul.

Dilihat dari Firman Tuhan, ketaatan bukan perbudakan yang harus dilakukan istri. Itu bukan kehilangan kepribadian dan individualitas. Ketaatan sejati merupakan suatu kreatifitas dan tantangan seorang wanita dalam menyenangkan suaminya bahwa dia menghormati, mengaggumi, dan bergantung padanya. Itu membutuhkan kematian semua kesombongan dan penghancuran semua motivasi yang egois. Itu berarti bahwa istri menjadi lebih tertarik terhadap kebutuhan suami daripada dirinya. Itu berarti dia berhenti bertanya, “berapa jauh saya bisa tunduk pada suami.” Sebaliknya mulai bertanya, “berapa jauh saya bisa terus tanpa tidak mentaati Tuhanku?” Ini mungkin membutuhkan perubahan total prilaku istri terhadap suaminya, tapi Tuhan akan menolongnya jika dia memintaNya. Doanya akan, “Tuhan, berikan aku keinginan sederhana dan tidak egois untuk dipimpin suami saya saat saya dipimpin oleh Mu, dan kemudian membawa kemuliaan bagi namaMu.”

Sekarang lihat beberapa hal yang Tuhan ingin setiapistri Kristen tahu, apakah suaminya seorang percaya atau tidak. 

“Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.” Dari kata Yunani diterjemahkan “keindahan diluar” kita mendapat kata “cosmetic,” menandakan suatu yang indah. Firman Tuhan mengatakan wanita Kristen bagaiamana jadi cantik. Jika mereka mengikuti nasihat ini, mereka akan menyelamatkan diri dari biaya besar! Petrus berkata bahwa kecantikan tidak hanya dari luar, seperti gaya rambut, perhiasan, dan baju, tapi dari hati. Dia tidak mengatakan bahwa seorang wanita Kristen harus kotor atau tidak memperhatikan penampilan, tapi menyatakan bahwa keindahan sejati adalah sesuatu yang lebih dalam dari kulit atau perawatan kulit!

Para wanita perlu memperlajari hal ini. Sebagian mungkin berpikir Tuhan memberikan suami untuk membelikan mereka semua yang hati mereka inginkan. Mereka mendorong suami mereka untuk menghasilkan lebih banyak uang agar mereka bisa membeli pakaian dan perhiasan dan merapikan rambut mereka lebih sering, dan mengaggumkan orang dengan kecantikan dan status social mereka! Mereka menggunakan suami mereka untuk memuaskan kesombongan dan keinginan akan materi. Seorang wanita seperti ini biasanya menghancurkan suaminya atau membawa suami pada orang lain yang mengasihi dirinya sebagaimana adanya.

Sesuatu yang tidak pernah usang adalah "roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.” “Lemah lembut” artinya penuh kasih, pengertian, mau menyerahkan hak pribadi. “tentram” berarti tenang, damai, tidak terganggu. Suatu roh yang lemah lembut dan tentram merupakan suatu yang berharga dimata Tuhan, suatu nilai yang tinggi. Tapi jika percakapan saya dengan para suami Kristen menunjukan daya tarik ini tidak ada diantara wanita pada umumnya—bahkan wanita Kristen.

Kita sering mendapatkan omelan, keluhan, komplain,dan kemuraman—bukan daya tarik wanita Kristen! “Tapi” protes beberapa orang, “anda mengatakan diawal bab bahwa fisik kita yang menyebabkan kita secara emosi lemah dan murung.” Benar, tapi semua kemurungan bisa dihasilkan kimia. Sebenarnya, itu berasal dari penolakan dalam hidup seseorang untuk turun tahta dan membiarkan Yesus yang mengatur. Penolakan seperti ini adalah dosa. Pemarah merupakan keluhan yang paling sering diantara suami dan istri, dan biasanya dari gangguan kesenangan, kenyamanan salah satu pasangan terhadap lainnya. Pemarah merupakan nature dosa untuk memaksakan cara sendiri. Natur dosa perlu diturunkan dan dikalahkan!

Fakta ini tidak memberikan suami hak untuk tidak kasih atau tidak baik saat istri dalam mood yang buruk. Dia tetap memerlukan kata-kata simpati dan pengertian daripada kemarahan seperti “berhenti berkelakuan kekanak-kanakan.” Tapi istri juga tidak bisa menyalahkan sifat buruknya pada suami. Dia harus menerima tanggung jawab itu secara pribadi dihadapan Tuhan. Dia harus menyebut itu sebagaiaman seharusnya—dosa. Kemudian dia harus mengakui itu pada Tuhan dan meminta kuasa dan anugrah untuk mengatasinya. Tuhan Yesus Kristus akan menghasilkan didalam dirinya kasih karuniaNya dan kebaikan.

Harus diakui hidup seorang wanita bisa sulit. Beban mengurus rumah dan mengurus anak bisa menjadi rutinitas yang monoton. Dia terus melakukannya, tapi tidak merasa berkontribusi sesuatu yang penting bagi hidup. Pengurungan terus menerus dalam tembok dan celoteh anak kecil bisa mengganggunya. Tapi jika dia mengijinkan prilaku itu berkepanjangan, akan membawa kemurungan atas rumah tangga, dan setiap orang akan menderita. Suasana gembira dalam rumah sangat bergantung pada istri. Jika dia menerima tanggung jawabnya untuk menciptakan suasana yang baik dan menyerahkan dirinya pada Roh yang ada dalam diri, Dia akan menghasilkan dari dirinya BuahNya; hidup akan menjadi tantangan yang menarik daripada pekerjaan yang mengesalkan. Kadang wanita terlibat dengan begitu banyak kegiatan luar sehingga mereka kehilangan prioritas Alkitabnya. Tanggung jawab utama mereka adalah membuat suami dan rumah mereka bahagia—dan ini perlu pemikiran serius, perencanaan yang seksama, dan perhatian yagn tidak egois. Hasilnya akan berkelimpahan, dan kepuasan pribadi akan sesuai dengan usaha.

Raja Lemuel menggambarkan seorang wanita luar biasa dalam pasal terakhir kitab Amsal. Ini sangat baik untuk dibaca setiap istri Kristen. Dia seorang wanita yang bertalenta. Sebenarnya dia bisa menolong dalam pendapatan.

Istri tidak salah mengejar karir jika itu tidak menggangu tanggung jawab keluarga. Menilai dari semua yang dia lakukan bagi keluarganya, wanita ideal Amsal 31 merupakan seorang wanita yang rajin, disiplin mengatur waktunya dengan baik. Tidak ada yang begitu mengganggunya. Dia bangun kalau masih malam dan menyiapkan makan pagi buat keluarganya. Satu perkataan yang lebih penting dari yang lainnya dalam bagian ini adalah prilakunya: “Dia senang bekerja dengan tangannya.” Arti literalnya “dengan sukacita.” Kesenangan dan kepuasan terdalamnya ditemukan dalam membuat keluarganya bahagia. Anda lihat, Tuhan tidak hanya tertarik pada apa yang kita lakukan, tapi juga bagaimana kita melakukannya. Prilaku kita penting bagiNya. Saat seorang istri Kristen berseru pada Kristus, dia mampu menerima peran yang diberikan Tuhan dengan sukacita, dan hati suaminya akan berseru “Amin” saat dia membaca kalimat, “Siapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan TUHAN!”

Perkataan peringatan harus diberikan kepada para suami. Sangat mudah bicara tentang kesalahan pasangan kita daripada mencari kasih karunia Tuhan untuk memperbaik kekurangan kita. Bab ini tidak ditulis untuk para suami untuk menyalahkan istri mereka. Ini ditulis agar Roh Kudus bisa mencerahkan istri Kristen tentang tugas mereka. Marilah setiap kita menguji hidup kita sendiri dalam terang Firman; Roh Kudus akan melakukan karyaNya dalam pasangan anda dengan caraNya!


Senin, 20 Januari 2014

Pertangung Jawaban Iman

Ada suatu penyakit yang menjangkiti jiwa manusia, yaitu tidak bertanggung jawab—khususnya untuk kehidupan iman. Seseorang bisa bertanggung jawab dalam banyak hal, tetapi ironisnya untuk kehidupan imannya, ia tidak merasa perlu memiliki pertanggungjawaban. 

Banyak orang yang berhasil dalam berbagai aspek kehidupannya, tetapi kehidupan imannya gagal. Orang seperti inilah yang dimaksud Tuhan Yesus dalam pernyataan-Nya: “Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?” (Mat.16:26).

Paulus bersaksi bahwa ia tidak berlari tanpa tujuan dan bukan petinju yang sembarangan saja memukul, supaya jangan sampai terjadi sesudah berkhotbah mengajar orang, dia sendiri ditolak. Kata “ditolak” dalam teks aslinya adalah ἀδόκιμος (adókimos) yang juga berarti “menjadi terbuang” , “tidak berharga secara moral”, “tidak lulus”. Untuk itu ia mengibaratkan dirinya seperti seorang atlet yang berjuang sekeras mungkin dalam pertandingan. Inilah yang dimaksud dengan pertanggung jawaban iman.

Orang yang bisa memperoleh segenap dunia adalah orang-orang yang bertanggung jawab dalam hidup. Ia pasti rajin belajar di sekolah, bekerja keras, berkarier dengan segenap hati dan memaksimalkan semua potensi demi sebuah kesuksesan. Tetapi orang yang bertanggung jawab dalam kehidupan umum belum tentu bertanggung jawab dalam kehidupan imannya. Sebaliknya, orang yang bertanggung jawab dalam kehidupan imannya pasti bertanggung jawab dalam kehidupan umumnya; jika tidak, berarti pertanggung jawaban imannya belum benar.

Pertanggungjawaban iman artinya menyaksikan kepada dunia sekitarnya bahwa dirinya adalah anak Allah. Tentu bukan untuk pamer, tetapi kehidupan iman yang benar akan menjadi kesaksian di dunia yang gelap ini. Banyak orang Kristen merasa telah memenuhi pertanggungjawaban imannya dengan pergi ke gereja seminggu sekali, membayar persepuluhan dengan setia. Lebih lagi, kalau seseorang sudah menjadi aktivis jemaat, bahkan menjadipendeta

Pasti Pandeta merasa telah memiliki pertanggung jawaban iman yang baik.

Tetapi pertanggung jawaban iman yang benar adalah menjadi tidak serupa dengan dunia ini. Ini sangat penting, sebab dari sinilah tampak apakah seseorang melangkah menuju kerajaan terang, atau kerajaan kegelapan. Itu sudah terlihat jelas sejak masih hidup di dunia ini. Seorang yang beriman harus memiliki cara hidup yang berbeda dengan mereka yang tidak beriman kepada Yesus Kristus.


Pertanggung jawaban iman yang benar adalah menjadi tidak serupa dengan dunia ini.

Sabtu, 11 Januari 2014

Paulus Dalam Alkitab

2 Petrus 3:16 Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya [Paulus], apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar dipahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain.

2 Petrus 3:16 Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya [Paulus], apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar dipahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain.

Contoh lain - Perumpamaan digunakan hampir di seluruh firman yang diberitakan oleh Yesus kepada khalayak ramai:

Markus 4:33-34 banyak perumpamaan yang semacam itu Ia [Yesus] memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka. Dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.

Luke 8:10 Lalu Ia [Yesus] menjawab: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti."

Alkitab mengandung banyak ayat-ayat yang mempunyai makna rohani lebih dalam, dan ditulis sebagai perumpamaan dan kiasan. Kesaksian-kesaksian dari Alkitab itu sendiri yang dari awal hingga akhir diisi dengan pesan-pesan Yesus, Injil Keselamatan, dan bahwa banyak cerita Perjanjian Lama sebenarnya merupakan perumpamaan historis yang secara simbolis mengarahkan kita kepada Kristus:

Kisah Para Rasul 3:18 Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan-Nya dahulu dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita. Kisah ParaRasul 3:24 Dan semua nabi yang pernah berbicara, mulai dari Samuel, dan sesudah dia, telah bernubuat tentang zaman ini. Yohanes 5:39 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku. Ibrani 10:7 Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku.

Lukas 24:25-27 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.

Ketika kita mempelajari Alkitab, kita seharusnya mencari Injil Kristus di semua tempat yang kita baca.

Ketika kita mulai melihat Kristus, maka kita dapat mengetahui bahwa kita sedang memahami makna yang sesungguhnya dari sebuah ayat. Seluruh Alkitab memuat makna rohani yang lebih dalam yang tersembunyi sebagai perumpamaan dan kiasan dalam ayat-ayat yang nampak seperti pernyataan moral atau historis yang sederhana. Setiap pernyataan historis dan moral dalam Alkitab masih benar dan tepat adanya, tetapi kita dapat belajar lebih dalam lagi dengan melihat pesan rohani simbolis dari ayat-ayat ini. 

Yesus harus menegur para pengikut-Nya, dan sama halnya dengan orang-orang Farisi yang mencoba untuk memahami firman-Nya secara harfiah ketika Dia menyampaikannya secara simbolis (dengan makna rohani yang lebih dalam). Beberapa contoh saja:

Matius 16:6-8 Yesus berkata kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki." Maka mereka berpikir-pikir dan seorang berkata kepada yang lain: "Itu dikatakan-Nya karena kita tidak membawa roti." Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata: "Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Hai orang-orang yang kurang percaya!" Yohanes 4:11,13 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?" Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi."

Yohanes 3:4 Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?" (Dan dalam ayat 10, teguran Yesus):  Yohanes 3:10 Jawab Yesus: "Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?" Yohanes 11:11-13 Demikianlah perkataan-Nya, dan sesudah itu Ia berkata kepada mereka: "Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya." Maka kata murid-murid itu kepada-Nya: "Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh." Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa.

Yohanes 6:51-53, 60-61,66 Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia. Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu."… Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?" Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan itu mengguncangkan imanmu?"… Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.

Lukas 24:45-46 Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga." (Yesus di sini mengatakan bahwa Alkitab Perjanjian Lama menulis bahwa Kristus harus dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Namun, hal itu secara eksplisit tidak tertulis di manapun dalam Perjanjian Lama - hal ini hanya dinyatakan sebagai kiasan dalam Yunus 1:17: “Maka atas penentuan TUHAN datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus; dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya”. Kristus menegaskan ayat Perjanjian Lama ini yang menunjukkan bahwa ayat itu menjelaskan kebangkitan-Nya dalam bentuk kiasan di Matius 12:40.  Dengan demikian, Kristus menunjukkan kepada kita bahwa untuk memahami kisah Yunus dengan tepat, kita harus melihat apa yang diceritakannya kepada kita tentang kebangkitan Kristus.)

Lukas 17:12,14-17 Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh. Lalu Ia memandang mereka, dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu?"

Dalam gambaran ini kita melihat salah satu indikasi yang paling jelas tentang bagaimana kita harus memahami aspek rohani dari Alkitab. Di sini, Kristus memerintahkan sepuluh orang kusta untuk memperlihatkan diri mereka kepada imam-imam seperti yang diperintahkan oleh hukum Perjanjian Lama. Ini merupakan rujukan pada hukum seremonial dalam Imamat14:2 yang berbunyi “Inilah yang harus menjadi hukum tentang orang yang sakit kusta pada hari pentahirannya: ia harus dibawa kepada imam.”

Kristus menunjukkan kepada kita dalam tanggapan-Nya terhadap penderita penyakit kusta yang satu ini bahwa perintah ini sebenarnya untuk dipahami secara rohani, dan hal itu menunjukkan kita pada kedatangan Imam Besar Agung (Ibrani 4:14) ketika kita diselamatkan. Yesus menegur sembilan orang kusta lainnya yang mengikuti perintah Allah secara harfiah sementara mengabaikan maksud rohani yang sesungguhnya dari perintah-Nya untuk pergi memperlihatkan diri mereka kepada Kristus Imam Besar dan bersyukur.

Alkitab merupakan buku Rohani dan bukan hanya untuk dibaca sebagai buku ajaran moral, atau sejarah, atau puisi, atau hikmat. Fokusnya adalah pada kebutuhan terbesar umat manusia -Keselamatan. Yohanes 6:63 Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Roma 7:14 Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa.

Jadi kita dapat merangkum kunci ajaran Allah tentang bagaimana kita belajar dan memahami Alkitab:

Selalu berdoa sebelum mempelajari Alkitab, karena hanya Allah Roh Kudus yang dapat membuka mata kita dan memberikan kita semua pemahaman tentang Firman-Nya yang tak terbatas.

Tahu bahwa setiap pernyataan dalam Alkitab ditulis oleh Allah dan sungguh benar adanya, oleh karena itu, pernyataan itu akan selaras dengan setiap pernyataan lainnya. Jika terdapat kontradiksi yang nyata, itu artinya kita belum memahami salah satu pernyataan tersebut dengan tepat
Kita menafsirkan Alkitab dengan Alkitab.

 Alkitab adalah kamus bagi dirinya sendiri dan mendefinisikan istilahnya sendiri. Ini artinya bahwa saat kita membaca Alkitab, kita harus membuat catatan ketika kita melihat ayat atau ide yang tampaknya terkait dengan ayat-ayat lainnya yang telah kita baca. Mempelajari ayat-ayat ini secara bersama-sama dapat membantu kita untuk memahami ayat-ayat itu dengan lebih baik, karena tiap ayat mungkin berisi berbagai petunjuk untuk keseluruhan arti.

 Implikasi lain adalah bahwa kita tidak membuka kamus Yunani atau Ibrani untuk mencari arti dari sebuah kata Alkitabiah, alih-alih kita harus melihat bagaimana kata Yunani atau Ibrani itu digunakan oleh Allah di tempat lain dalam Alkitab. Ada alat bantu yang luar biasa untuk membantu tugas ini seperti Strong’s Exhaustive Concordance atau Young’s Analytical Concordance Seluruh Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, 

Berhubungan erat dengan ajaran keselamatan Allah, yang menunjuk pada kebutuhan orang berdosa untuk mendapatkan keselamatan dari penghakiman yang akan datang, penebusan dosa oleh Kristus lewat pengorbanan di atas Kayu Salib, fakta bahwa keselamatan ini seluruhnya merupakan karya tunggal Allah, atau kebenaran rohani yang terkait. Makna simbolik atau kiasan apapun akhirnya harus mengarah ke Kristus dan Injil-Nya, dan harus konsisten dengan segala sesuatu yang lainnya dalam Alkitab.


Perumpamaan dan kiasan tidak boleh dipaksakan terlalu jauh... menjadi simbol dan bayangan dari kebenaran yang ditunjukkan kepada kita, dan terkadang tidak bisa diterapkan untuk setiap aspek dari kebenaran yang mendasarinya. Ini berarti bahwa perumpamaan dan kiasan mengajarkan beberapa aspek materi muatan yang mereka tunjukkan, namun mungkin tidak lengkap atau menyiratkan beberapa aspek lain yang tidak dapat diterapkan. 

Di sinilah prinsip dalam butir No. 2 harus diterapkan - memastikan bahwa kesimpulan yang dicapai konsisten dengan segala sesuatu yang lainnya dalam Alkitab sehubungan dengan pokok bahasan itu.

Sabtu, 04 Januari 2014

Amsal Dalam Alkitab

Banyak orang menemukan bahwa Alkitab adalah buku yang sulit untuk dibaca. Mereka memulai
dengan niat baik tapi tak lama kemudian berhenti membacanya karena mereka tidak bisa memahami apa yang sedang mereka baca. Hal ini sangat disayangkan, karena :

(1) Alkitab adalah firman nyata dari Allah yang tak terbatas yang menciptakan alam semesta ini dan segala sesuatu di dalamnya, menyatakan kehendak-Nya mengenai bagaimana kita menjalani kehidupan kita, dan 

(2) Firman Allah adalah kekuatan penyelamatan yang Dia terapkan pada kehidupan dari mereka-mereka yang telah diputuskan-Nya untuk diselamatkan - tidak ada seorang pun yang dapat diselamatkan selain melalui Firman Allah.

Syukurlah, Allah menunjukkan kepada kita cara untuk menafsirkan Alkitab sehingga kita dapat memahami apa yang sedang Ia katakan kepada kita. Kita sekarang akan membahas apa yang Allah sendiri katakan kepada kita tentang cara untuk memahami Alkitab.

Alkitab itu sendiri, dan dalam seluruh isinya merupakan pengungkapan Firman Allah:

2 Timotius 3:16 Segala tulisan yang diilhamkan Allah, [secara harfiah, “ditiupkan Allah”] memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.

2 Petrus 1:21 Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.

1 Tesalonika 2:13 Dan karena itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi--dan memang sungguh-sungguh demikian--sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya.

Wahyu 22:18 Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: "Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini." Karena Alkitab tidak seperti buku lain (Alkitab tidak ditulis oleh manusia tetapi oleh Allah yang tak terbatas), kita harus bergantung kepada Allah sendiri untuk mendapatkan petunjuk tentang bagaimana cara untuk mempelajari dan memahami Alkitab. 

Alkitab harus menjadi kuasa tunggal kita. Kita tidak bisa menggunakan pemikiran angkuh yang berasal dari benak kita sendiri yang kotor dan penuh dosa untuk mengembangkan aturan penafsiran Alkitab.

Setiap kata dari Alkitab, setiap karakter dari tulisan tangan aslinya, adalah sempurna dan benar adanya:

Amsal 30:5 Semua firman Allah adalah murni. Ia adalah perisai bagi orang-orang yang berlindung pada-Nya.

Mazmur 12:6 Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah. Mazmur 119:160 Dasar firman-Mu adalah kebenaran dan segala hukum-hukum-Mu yang adil adalah untuk selama-lamanya.

Wahyu 21:5 Dan firman-Nya: "Tuliskanlah, karena segala perkataan ini adalah tepat dan benar." Matius 5:18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.

Roma 3:4 Sekali-kali tidak! Sebaliknya: Allah adalah benar, dan semua manusia pembohong;… Karena kata-kata ini adalah tepat dan benar, tidak boleh ada kesalahan atau kontradiksi dalam Alkitab. Dengan demikian, jika kita menemukan kutipan yang sepertinya saling berkontradiksi satu sama lainnya, kita dapat mengetahui bahwa kita tidak memahami salah satu kutipan tersebut dengan tepat. Allah sering menggunakan kontradiksi yang nyata ini untuk menarik perhatian kita pada ajaran penting Alkitab, memaksa kita untuk belajar dengan lebih rajin.

Alkitab adalah kuasa Allah untuk keselamatan:

Roma 1:16 Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.

Roma 10:17 Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.
Tidak ada buku yang lebih penting dalam alam semesta. Allah tidak akan menyelamatkan siapa pun yang terlepas dari kuasa Firman-Nya. Ini adalah hal yang terpenting bagi semua umat manusia.
Kita hanya dapat memahami Alkitab jika Allah RohKudus membuka mata (rohani) kita dan pikiran serta hati kita untuk memberi kita pengertian tentang Firman Tuhan yang tak terbatas:

Korintus 2:14 Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.

Ayub 32:8 Tetapi roh yang di dalam manusia, dan nafas Yang Mahakuasa, itulah yang memberi kepadanya pengertian Lukas 24:45 Lalu Ia [Kristus] membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci, Mazmur 119:18 Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu. Kita harus belajar Alkitab dengan rendah hati dan melalui doa, meminta Allah untuk membuka mata rohani kita dan mengizinkan kita untuk memahami Firman-Nya. Alkitab menjelaskan bahwa dalam rangka untuk memahami Alkitab, maka kita menafsirkan Alkitab dengan Alkitab (hal-hal rohani kepadamereka yang mempunyai Roh):

Korintus 2:13 Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh. Yohanes 6:63  …perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.

Petrus 1:20 Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri.

Alkitab berperan sebagai "Tafsir" untuk dirinya sendiri, dan "Kamus" untuk dirinya sendiri. Arti kata-kata dan frase-frase tidak ditentukan oleh hikmat manusia, atau dengan mempelajari literatur Yunani sekuler, tetapi oleh Allah - kita harus memperhatikan bagaimana Allah menggunakan kata-kata tersebut di bagian lain dalam Alkitab.

Karena seluruh Alkitab ditulis oleh PengarangTunggal, Allah, maka dengan penuh percaya diri kita dapat membandingkan kata-kata dan frase-frase dari satu bagian Alkitab dengan bagian Alkitab yang lainnya. Allah memberi tahu kita untuk menafsirkan Alkitab dengan Alkitab (hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh). Dia tidak memberi tahu kita untuk membandingkan sejarah dengan sejarah, atau gramatikal dengan gramatikal seperti yang banyak diajarkan oleh para ahli teologi saat ini.

Bahkan seorang anak kecil pun dapat memahami Alkitab, bekal yang cukup untuk mendapatkan keselamatan, jika Allah memberi pemahaman:

2 Timotius 3:15 Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau [Timotius] sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.

Tetapi fakta kunci lainnya (dan agak mengejutkan) adalah bahwa Alkitab telah ditulis agar sulit dipahami oleh orang-orang yang tidak percaya - ini konsisten dengan metode pengajaran Yesus sendiri saat Dia hidup dan mengajar di Bumi:


Amsal 25:2 Kemuliaan Allah ialah merahasiakan sesuatu, tetapi kemuliaan raja-raja ialah menyelidiki sesuatu. Mazmur 78:2-3 Aku mau membuka mulut mengatakan amsal, aku mau mengucapkan teka-teki dari zaman purbakala. Yang telah kami dengar dan kami ketahui, dan yang diceritakan kepada kami oleh nenek moyang kami. 

Amsal ini adalah seluruh sejarah bangsa Israel, yang merupakan jenis atau gambaran sejarah dari Injil.